Memilih benih tomat
Benih tomat bisa didapatkan
dengan mudah diberbagai toko penyedia saprotan. Apabila Anda sulit
mendapatkannya atau harganya terlalu mahal, kita bisa membuatnya sendiri.
Caranya dengan menyeleksi buah tomat yang paling baik dari segi ukuran (besar)
dan bentuk (tidak cacat).
Langahnya sebagai berikut, pilih
buah tomat yang akan dijadikan benih. Kemudian biarkan buah tomat tersebut
menua di pohon. Setelah itu rendam dalam air, pilih biji yang tenggelam.
Kemudian lakukan seleksi sekali lagi terhadap biji tomat, pilih yang bentuknya
sempurna (tidak cacat atau keriput). Setelah itu keringkan dengan dijemur dan
simpan dalam wadah yang kering dan steril.
Penyemaian benih tomat
Tips untuk persemaian bedengan,
buat larikan (garis) diatas media persemaian dengan jarak antar larik 5 cm dan
kedalaman larik 1 cm. Kemudian taburkan benih dalam larikan, jangan sampai
bertumpuk-tumpuk, sebaiknya jarak antar benih 2-3 cm. Kemudian tutup larikan
dengan tanah dan siram secukupnya. Metode pemindahanbisa dilakukan dengan dua
cara. Pertama dengan pencabutan, sebelum benih dicabut siram dengan air untuk
melunakan media sehingga akar tidak putus ketika ditarik. Kedua, cara putar
yaitu mengambil tanaman dengan tanah disekitarnya.
Tips untuk persemaian polybag/pot,
setelah media persemaian dibuat lubangi permukaanya sedalam 1 cm. Kemudian
bubuhkan biji tomat satu butir untuk setiap polybag, tutup dengan media tanam.
Cara memindahkannya adalah dengan merobek atau melepas polybag/pot. Lalu
masukkan tanaman beserta tanah yang terdapat di polybag/pot kedalam lubang
tanam.
Pengolahan tanah
Bajak atau cangkul tanah hingga
gembur kemudian bentuk bedengan dengan ketinggian 30 cm, lebar 1 meter dan
pajang mengikuti kontur lahan. Buat jarak antar bedeng selebar 30-40 cm.
Kemudian diamkan tanah kira-kira satu minggu.
Setelah itu, berikan pupuk dasar
berupa pupuk organik seperti pupuk kandang atau pupuk kompos sebanyak 20
ton per hektar. Aduk hingga merata diatas bedengan. Untuk memperkaya kandungan
fosfor bisa ditambahkan pupuk TSP secukupnya (kira-kira 5 gram per tanaman).
Untuk budidaya tomat organik, jangan ditambahkan pupuk kimia tapi pupuk dasar
harus lebih banyak, kira-kira 30-40 ton per hektar.
Kemudian tutup bedengan dengan
mulsa plastik, penutupan dengan mulsa sangat berguna terutama pada musim
kemarau. Mulsa plastik berguna untuk mempertahankan kelembaban tanah,
mengendalikan gulma dan agar buah tomat tetap bersih tidak menyentuh tanah.
Biarkan kembali tanah selama satu minggu sebelum ditanami.
Penanaman bibit tomat
Pertama-tama buat lubang tanam
pada mulsa dengan diameter 5-7 cm. Dalam satu bedengan terdapat dua lajur
lubang tanam, jarak antar lajur sebesar 70-80 cm dan jarak antar lubang dalam
satu lajur 40-50 cm, kedalaman lubang tanam kira-kira 5-7 cm.
Pemeliharaan dan perawatan
Tanaman tomat cukup sensitif dan
perlu perawatan yang intensif. Tanaman ini sangat rentan terhadap hama dan
penyakit, terutama yang ditanam di dataran rendah. Setelah pemanenan, resiko
kerusakan buah tomat masih tinggi sekitar 20-50%. Berikut beberapa perawatan
penting apabila kita hendak melakukan budidaya tomat.
a. Penyulaman
Penyulaman berfungsi untuk
mengganti tanaman yang gagal tumbuh, baik sakit atau rebah karena cuaca.
Penyulaman dilakukan setelah seminggu tomat ditanam. Cabut tanaman yang
terlihat tidak sehat (kuning/layu) atau mati. Ganti dengan bibit sisa
penyemaian.
b. Penyiangan
Penyiangan dalam budidaya tomat
biasanya dilakukan 3-4 kali selama musim tanam. Pada areal tanam yang ditutup
mulsa penyiangan bisa lebih jarang lagi. Penyiangan bertujuan untuk mengangkat
gulma yang ada di areal tanam. Pertumbuhan gulma akan menganggu tanaman, karena
tanaman harus bersaing dalam mendapatkan nutrisi. Selain itu gulma juga
mengundang hama dan penyakit yang bisa menyerang tanaman utama.
c. Pemangkasan
Pemangkasan pada tanaman tomat
dilakukan setiap minggu. Pemangkasan tunas yang tumbuh pada ketiak daun harus
segera agar tidak tumbuh menjadi batang. Pemangkasan tunas muda bisa dilakukan
dengan tangan. Namun apabila batang sudah terlalu keras, sebaiknya gunakan
pisau atau gunting. Untuk mengatur ketinggian tanaman tomat, ujung tanaman bisa
dipotong. Pemotongan ujung tanaman dilakukan setelah terlihat jumlah dompolan
buah sekitar 5-7 buah.
d. Pemupukan tambahan
Pada budidaya tomat organik,
semprotkan pupuk organik cair yang mempunyai kandungan kalium tinggi pada saat
tanaman akan berbunga dan berbuah (fase generatif). Penyemprotan bisa dilakukan
setiap minggu. Harus diperhatikan, pupuk organik cair harus diencerkan terlebih
dahulu, 1 liter pupuk cair dengan 100 liter air. Penting untuk dicatat,
konsentrasi pupuk organik cair tidak boleh melebihi 2%. Selain itu, kita bisa
menambahkan pupuk kandang atau kompos setelah tanaman berumur 2-3 minggu dengan
dosis satu gengam tangan per tanaman.
Untuk budidaya tomat non-organik,
pada usia satu minggu berikan campuran urea dan KCl dengan perbandingan 1:1
sebanyak 1-2 gram per tanaman. Kemudian setelah umur 2-3 minggu berikan kembali
urea dan KCl sebanyak 5 gram per tanaman. Bila pada umur lebih dari 4 minggu
tanaman masih terlihat kurang gizi berikan urea dan KCl sebanyak 7 garm per
tanaman. Perhatikan, pemberian urea dan KCl jangan sampai mengenai tanaman
karena bisa melukai tanaman tersebut. Berikan jarak 5-7 cm dari tanaman.
e. Penyiraman dan pengairan
Tanaman tomat tidak terlalu
banyak membutuhkan air, namun jangan sampai kekurangan. Kelebihan air dalam
budidaya tomat membuat pertumbuhan vegetatif (daun dan batang) yang subur
tetapi akan menghambat fase generatif. Sebaliknya, kekuranga air yang
berkepanjangan bisa menyebabkan pecah-pecah pada buah tomat yang dihasilkan.
Kekeringan yang panjang bisa
menyebabkan kerontokan bunga. Penyiraman hendaknya disesuaikan dengan kondisi
cuaca. Bila curah hujan cukup relatif tidak perlu lagi penyiraman. Justru yang
harus diperbaiki adalah saluran drainase agar air tidak menggenang disekitar
areat tanaman. Pada musim kemarau, penyiraman bisa dilakukan pada pagi hari.
Cegah jangan sampai tanah retak-retak kekeringan.
f. Pemasangan lenjeran
Pemasangan lenjeran atau ajir
bertujuan sebagai tempat mengikatkan tanaman agar tidak roboh. Lenjeran dibuat
dari bambu sepanjang 1,5-2 meter. Lenjeran ditancapkan pada jarak sekitar 10-20
cm dari tanaman. Lenjeran bisa dibiarkan tegak mandiri atau ujungnya diikatkan
dengan lenjeran lain yang berdekatan. Pengikatan ujung berguna untuk
memperkokoh posisi lenjeran.
Pemasangan lenjeran hendaknya
sedini mungkin untuk mencegah luka pada akar tanaman akibat penancapan. Tanaman
yang masih kecil akarnya belum menyebar kemana-mana sehingga kemungkinan
tertancap kecil. Luka pada akar yang diakibatkan tusukan lenjeran bisa
menghambat pertumbuhan dan mengundang penyakit.
Pemasangan lenjeran dilakukan
setelah tinggi tanaman berkisar 10-15 cm. Ikatkan tanaman tomat dengan tali
plastik pada lenjeran. Model ikatan sebaiknya berbentuk angka 8 agar batang
tomat tidak terluka karena bergesekan dengan tiang lenjeran. Ikatan hendaknya
jangan terlalu kuat agar tidak menghambat pembesaran batang. Setelah itu,
setiap tanaman bertambah tinggi 20 cm ikatkan batang tanaman dengan tali
plastik pada lenjeran.
Pengendalian hama dan penyakit
Beberapa jenis hama dan penyakit
yang kerap menyerang budidaya tomat antara lain, ulat buah, kutu daun thrips,
lalat putih, lalat buah, tungau, nematoda, penyakit layu, bercak daun, penyakit
kapang daun, bercak coklat, busuk daun dan busuk buah. Apabila serangannya
menggila, hama dan penyakit tersebut bisa disemprot dengan pestisida.
Penggunaan pestisida harus bijak, sesuaikan dengan lingkungan sekitar (para
petani lain), riwayat penyemprotan dan ikuti petunjuk/dosis penggunaan. Apabila
tomat yang akan diproduksi ditujukan untuk pasar organik, hendaknya menggunakan
pestisida yang alami. Silahkan lihat cara membuat pestisida organik.
Hama dan penyakit pada budidaya
tomat tidak bisa diberantas dengan hanya mengandalkan pestisida saja. Karena
manfaat pestisida hanya sementara dan jangka pendek. Selebihnya serangan hama
dan penyakit akan tetap datang dan kemungkinan akan lebih resisten. Menaikan
dosis penggunaan pestisida mungkin efektif tapi akan menimbulkan efek lingkungan
yang buruk dan juga menaikan biaya produksi. Kalau pun harus menggunakan
pestisida sebaiknya berganti-ganti merek dengan bahan aktif berbeda.
Untuk menanggulangi hama dan
penyakit secara menyeluruh gunakan prinsip-prinsip pengendalian hama terpadu
(PHT). Penerapan PHT harus dilakukan secara berkesinambungan. Adapun
variabel-variabel yang harus diperhatikan antara lain pemilihan bibit unggul
atau varietas yang cocok, benih bebas penyakit, pemberian pupuk berimbang,
rotasi tanaman, memanfaatkan predator alami, memanfaatkan tanaman pengusir hama
dan terakhir penyemprotan pestisida baik kimia sintetis maupun alami.
Pemanenan budidaya tomat
Budidaya tomat baru bisa dipanen
60-100 hari setelah tanam, tergantung dari varietasnya. Penentuan waktu panen
berdasarkan umur tanaman kadang kala tidak efektif. Sebaiknya gunakan
pengamatan fisik terhadap tanaman. Tanaman tomat sudah dikatakan siap panen
apabila kulit buah berubah dari hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi
daun menguning dan bagian batang mengering.
Pemetikan hendaknya dilakukan di
pagi atau sore hari karena pada siang hari tanaman masih melakukan
fotosintesis. Pada keadaan demikian penguapan sedang tingi-tingginya sehingga
buah tomat yang dipetik akan cepat layu. Pemanenan bisa dilakukan setiap 2-3
hari sekali. Di Indonesia produktivitas tanaman tomat secara rata-rata mencapai
15,84 ton per hektar. Namun untuk varietas tertentu dan didaerah-daerah
tertentu bisa mencapai 25-30 ton per hektar.
Posting Komentar